Cerita Dari Batch 4

PAPUA MANDIRI – Batch IV dimulai pada November– Desember 2021. Ada 4 kelas yang dibuka di periode ini yaitu Kelas MS. Office, Desain Grafis, Multimedia dan Auto CAD. Batch ini menjadi Batch dengan jumlah peserta paling sedikit yaitu hanya 15 peserta di seluruh kelas.  Hanya ada dua peserta perempuan saja di Batch ini. Dari ke 15 peserta hanya 10 saja yang lulus sedangkan 5 lainnya dinyatakan tidak lulus karena mengundurkan diri. Meski demikian, di periode inilah LPK Papua Mandiri mendapat legalitasnya dari Pemerintah dalam hal ini Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi untuk ijin penyelenggaraan pelatihan. Dengan demikian, setiap sertifikat yang dikeluarkan oleh LPK Papua Mandiri sah di mata Pemerintah.

Batch ini juga merupakan angkatan perdana dibukanya kelas reguler di mana para peserta diwajibkan memberi kontribusi kepada LPK. Hal ini dilakukan dengan untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat agar bisa mengikuti pelatihan hingga selesai. Ketika segala sesuatu didapat secara cuma-cuma, secara karakter akan  membentuk mentalitas peminta-minta sehingga akan berdampak buruk ke depan bagi peserta yang merupakan generasi masa depan Tanah Papua. Kontribusi kecil kepada LPK Papua Mandiri bertujuan untuk merangsang mentalitas pekerja yang memiliki cara pandang tidak ada yang gratis di dunia ini. Untuk mendapatkan sesuatu, seseorang harus bekerja. Dengan begini, peserta bisa mendidik diri mereka untuk menjadi pemimpin-pemimpin yang kuat dan tidak mudah menyerah. Lagi pula kontribusi mereka biasanya akan kembali kepada peserta dalam bentuk snack dan kopi, wifi gratis dan sertifikat.

Selanjutnya, di Batch IV ini, kelas MS. Office masih menjadi kelas dengan tingkat presentase yang bagus disusul berturut-turut Desain Grafis, Multimedia, Auto CAD, Desain Web, Bahasa Inggris dan Public Speaking. Ada beberapa nama dengan progres yang signifikan seperti Lucky Erick Mote, Benedictus Erkowaimu, Tasya Selitubun dan Petrus Katukdoan.  Lucky menunjukkan kemajuan yang signifikan di kelas Auto CAD meskipun ia baru saja mengenal software desain rancang bangunan tersebut. Sementara Benedictus sangat maju secara skill di kelas MS. Office. Sebagai mahasiswa skill ini akan sangat membantunya menyelesaikan tugas-tugas kampus. Lain halnya dengan Petrus Katukdoan yang merupakan staf di salah satu kampus swasta di Merauke. Ia merasa terbantu sekali dalam kelas MS. Office karena sangat berdampat pada peningkatan kinerjanya di tempat ia bekerja. Terakhir adalah Tasya Selitubun yang merupakan mahasiswa Musamus dan aktif sebagai salah satu pengurus inti di Ikatan Mahasiswa Kei (IMKei) Cabang Merauke.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *